oleh: Dr.Sungkowo M
Kegiatan-kegiatan kesiswaan yang meliputi Olimpiade Sains Nasional
(OSN), Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Festival dan Lomba Seni
Siswa Nasional (FLS2N), hingga ke Lomba Debat Bahasa Inggris dan Lomba
Penelitian Ilmu Pengetahuan Remaja (LPIR), telah berjalan sesuai dengan
program yang dicanangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas,
selama tahun 2008 ini. Semua kegiatan ini merupakan gambaran dari proses
peningkatan mutu siswa melalui prestasi dan kreativitas.
OSN, O2SN, dan FLS2N adalah bagian dari kebijakan Departemen
Pendidikan Nasional, yaitu kebijakan mengenai peningkatan mutu. Namun
peningkatan mutu tidak hanya itu saja, di dalamnya mencakup berbagai
macam upaya, yang pertama manajemen sekolah, dan kedua proses
pembelajaran di sekolah.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, ada tiga faktor yang perlu
ditingkatkan. Antara lain, guru, murid, sarana dan prasarana. Semuanya
masuk di dalam renstra (rencana strategis) yang juga menjadi acuan
Diknas. Adapun renstra tesebut terdiri dari renstra departemen, yang
kemudian dijabarkan menjadi renstra pendidikan dasar dan menengah dan
juga renstra direktorat yang sifatnya lebih teknis.
Dalam penjelasannya mengenai renstra tersebut di atas, Dr. Sungkowo
M, Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas menerangkan, bahwa kebijakan
Diknas titik beratnya adalah meningkatkan mutu SMA. Tujuanya agar
lulusan SMA bisa masuk ke perguruan tinggi. Kegiatan ini jangkauannya
luas, sebab mencakup akses dan kesempatan tata kelola. “Kita memiliki
visi bahwa hingga tahun 2014, kita upayakan SMA menjadi lembaga yang
profesional. Menjadi lembaga yang akuntabel, supaya bisa mendorong
sekolah-sekolah menengah atas, menjadi sekolah yang mutunya bertaraf
internasional. Kebijakan tersebut diupayakan bisa disosialisasikan ke
daerah-daerah,” ujarnya.
Dari kebijakan-kebijakan dan juga misi yang telah dijelaskan
tersebut, Direktorat Pembinaan SMA akhirnya membuat visi yang merupakan
strategi untuk mencapai misi yang telah ada. Visi tersebut antara lain,
mengupayakan perluasan dan pemerataan untuk memberi pendidikan yang
bermutu bagi rakyat Indonesia.
Direktorat Pembinaan SMA akan menjaga agar rasio murid SMA
dibandingkan dengan jumlah murid SMK akhir tahun 2014 menjadi 33 : 67 %
atau 33 % SMA dan 67% SMK. Rasio SMA diperkecil, tujuannya agar lulusan
SMA bisa masuk ke perguruan tinggi. “Sedang yang ingin masuk dunia kerja
bisa masuk SMK. Tapi SMK juga harus ditingkatkan mutunya, supaya begitu
keluar SMK si siswa sudah siap masuk ke dunia kerja,” papar Sungkowo.
Fasilitasi Potensi Siswa
Di samping itu, Direktorat juga membantu memfasilitasi pengembangan
potensi siswa. Pemberian fasilitas potensi siswa ini diberikan secara
utuh. Misalnya, memfasilitasi peserta didik untuk SMA. Pemberian
fasilitas melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. “Jadi fasilitasinya itu fasiltas proses pembelajaran dan
sekaligus meningkatkan mutu pembelajarannya.” Tambahnya.
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan
itu, menurut Sungkowo kembali, berkaitan erat dengan proses pembelajaran
berbasis TIK atau ICT. Dalam hal ini, seorang guru menganggap murid
bukan obyek, tetapi subyek. Sehingga kedudukan siswa sama, mempunyai
kesempatan yang sama, mempunyai kemungkinan untuk berprestasi sama.
Jadi, seorang guru hanya fasilitator. “Guru tidak usah khawatir kalau
dia kalah dengan muridnya. Karena sekarang sumber belajar sudah banyak,
seperti internet. Guru-guru tinggal mendorong dan mengarahkan. Tetapi
dia juga mencarikan sumber-sumber pengetahuan. Justru dengan proses
pembelajaran berbasis TIK ini, kita tidak perlu banyak bicara, tetapi
siswa bisa diberikan pelajaran melalui teknologi tersebut. Melalui
teknologi ini, tidak hanya pelajaran fisika, kimia biologi saja,
pelajaran agama, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia pun bisa,” jelas
Sungkowo kembali.
Meski di daerah tetap diterapkan metodologi pembelajaran yang sudah
ada, namun pemakaian teknologi dalam melakukan proses belajar-mengajar
tidak harus selalu menggunakan komputer, radio pun sudah merupakan
teknologi. Jadi, jelas Sungkowo, teknologi itu bisa ke siapa saja.
Fasilitas yang sudah ada memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang. Keinginan masyarakat sekarang ini, sekolah harus menyediakan
guru sesuai dengan bidang studinya. “Itu ada di undang-undang lho.
Jangan sampai kita tidak memberikan siswa-siswa kesempatan,” katanya.
Manajemen Berbasis Sekolah
Selain mengikuti perkembangan teknologi, penyelenggaraan pendidikan
juga perlu memperhatikan faktor manajemen. Dari sudut pandang ini,
akhirnya akan mendorong sekolah untuk menerapkan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Di sini sekolah memiliki otoritas untuk mengelola
manajemennya. Di samping MBS, menurut Sungkowo, Direktorat juga
mendorong sekolah mewujudkan peserta didik berkepribadian unggul,
memiliki semangat kompetensi dan kompetisi, juga mendorong sekolah untuk
bisa meningkatkan atau memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP).
“Dengan demikian, pada tahun 2014, paling tidak 95% SMA sudah
terakreditasi B. Yang bagus adalah A. Tujuannya, supaya sekolah yang
berada di pelosok daerah itu sama. Seperti misalnya di ujung Banda Aceh,
Kupang, Rote, Papua, sama. Contohnya seperti di Jepang, kualitas
pendidikan di daerah-daerah yang ada di negara itu merata. Sekain itu
kita juga membuat program yang dibagi tiga. Program-program itu terdiri
dari program akses (pemerataan), program peningkatan mutu, dan program
peningkatan tata-kelola,” tambah Sungkowo.
Untuk program akses, menurut Direktur SMA, jangan sampai akses untuk
siswa SMA yang pandai dalam bidang edukasi, tidak ditampung di sekolah
yang hebat. Anak yang hebat itu harus difasilitasi, walaupun mereka
miskin. Dalam hal ini Sungkowo memberi contoh, misalnya ada anak miskin
di Flores Timur sana, boleh saja ia bersekolah di Jakarta. Paling tidak,
Pemda setempat responsif terhadap anak-anak cerdas seperti itu. Tidak
hanya Pemda, masyarakat juga harus berperan aktif dan peduli pada
mereka. “Kalau hasil ujian anak itu bagus, masak tidak kita fasilitasi,”
tambahnya.
Berkaitan dengan fasiltas untuk anak-anak cerdas namun tak mampu
tersebut, Diknas memberikan subsidi siswa yang merupakan bantuan khusus
murid berupa beasiswa. Beasiswa yang diberikan memang tidak terlalu
besar, jumlah nominalnya 65 ribu rupiah per bulan. Menurut Sungkowo,
beasiswa tersebut merupakan kepedulian Diknas terhadap siswa miskin
untuk membantu mereka.
Begitu pula dari segi sarana sekolah. Diknas memberikan subsidi untuk
membangun atau merehab sekolah-sekolah yang membutuhkan. Sekolah
tersebut diberikan keleluasaan untuk menggunakan subsidi tersebut. Namun
meski demikian, Diknas tetap mengontrol dana yang telah diberikan untuk
merehab, apakah dana tersebut dipergunakan sesuai dengan siteplan yang
direncanakan. “Kita berikan subsidi kepada sekolah tersebut, tapi kita
kontrol jumlah dan tambahan ruang belajarnya,” tukasnya.
Dari segi mutu, Direktorat Pembinaan SMA membuat rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI) dan rintisan Sekolah Standar Nasional
(SSN). Yang tak kalah penting, Direktorat juga membuat rintisan
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL). Melalui PBKL keunggulan di
suatu daerah dipertahankan. Misalnya, seperti Tasikmalaya yang terkenal
dengan bordirannya. Kerajinan seperti itu harus dijaga, atau Sopeng yang
terkenal dengan sutra alamnya dan NTT dengan tenun ikatnya, semua itu
dikembangkan agar jangan sampai punah.
Sungkowo juga menjelaskan, untuk ruang-ruang penunjang seperti
perpustakaan, lab IPA, komputer, TIK base learning, ICT base learning,
uji kompetensi siswa, Bahasa Inggris, dan bantuan operasional manajemen
mutu, akan diberikan sertifikasi. Sedangkan dalam tata kelolanya,
digunakan manajemen yang transparan.
Mengenai pelaksanaan kegiatan lomba-lomba di bidang keilmuan tahun
2009 tetap terus berjalan sama seperti tahun 2008. Sungkowo berharap,
agar kegiatan-kegiatan tersebut kualitasnya dapat lebih ditingkatkan
lagi. Seperti OSN, tetap mengacu pada delapan bidang studi, yaitu
fisika, kimia, matematika, biologi, komputer, astronomi, kebumian, dan
ekonomi. Sedangkan penghargaan untuk siswa yang memperoleh medali, saat
ini sudah tersolusi. Mereka akan ditampung di perguruan tinggi yang
mereka inginkan termasuk beasiswanya.
- Reviewer: Unknown -
ItemReviewed: Prestasi dan Kreativitas Meningkatkan Mutu Siswa